Apakah kamu bahagia?
Kata-kata itu berputar-putar dalam otakku. Kupadang lekat wajahnya. Masih cantik, bahkan melebihi kecantikannya di hari pernikahannya empat tahun lalu.
Tapi kini binar matanya berbeda. Tidak sehidup dulu. Tatapan matanya pedih. Seolah-olah ia hanya hidup sekadar untuk hidup. Tidak ada mimpi yang dulu selalu ada.
Apakah kamu bahagia?
Entah berapa kali kutahan mulut ini untuk tidak mengeluarkan kalimat itu setelah empat tahun lamanya kami tidak bertemu.
Aku hanya tidak ingin, pertanyaanku meruntuhkan semua pertahanan yang ia miliki. Aku hanya tidak ingin, ia menjadi menyesal atas semua pilihannya. Aku hanya tidak ingin, ia menjadi manusia yang tidak bersyukur hanya karena kata-kataku menjadi pemicunya.
Apakah kamu bahagia?
Biarlah. Aku akan menanti hingga ia yang memulai bercerita padaku. Kualihkan mataku dari wajahnya, sambil menatap miris pergelangan tangannya yang penuh dengan luka sayatan.
Ai
Depok 240516