Pandemi Mempercepat Disrupsi
“Laptopnya mau dipake buat apa mba? Kok spesifikasinya tinggi?”
Mas-mas penjual laptop bertanya dengan heran. Mungkin, karena saya terlihat masih seperti mahasiswa, tidak ada wajah jago desain grafis atau konten kreator, tetapi memilih memakai laptop yang cukup bagus.
Dulu, aktivitas seperti itulah yang sepertinya membutuhkan spesifikasi laptop yang tinggi. Pekerjaan lain dianggap hanya membutuhkan laptop dengan kapasitas standar. Tapi siapa sangka, hanya 2 tahun setelah terjadinya dialog tersebut, muncul sebuah virus dengan ukuran yang sangat kecil dan memaksa semua orang untuk mempercepat disrupsi?
Ya, adanya virus ini memang membuat tatanan kehidupan berubah secara drastis. Orang-orang yang biasanya melakukan tatap muka secara langsung untuk beraktivitas, kini harus puas dengan bertemu secara daring. Sekolah-sekolah tutup berganti menjadi pembelajaran jarak jauh. Begitu pula dengan perkantoran yang menetapkan protokol bekerja dari rumah untuk sebagian besar karyawannya.
Kata-kata seperti “maaf saya gaptek” seolah-olah menjadi tabu. Tidak ada kata tidak bisa, semua harus beradaptasi dengan teknologi. Mulai dari yang muda hingga yang tua kini harus memanfaatkannya agar tidak kehilangan kesempatan.
Hal tersebut pun menimbulkan konsekuensi yang lain: memiliki laptop dengan spesifikasi tinggi menjadi tidak terelakkan.
Coronavirus, Bukan Alasan untuk Tak Produktif
Meski sudah memasuki masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), pergerakan memang masih terbatas. Kita tidak boleh sembarangan bepergian jika tidak penting. Tetapi, apakah lantas hal tersebut menjadi alasan untuk bermalas-malasan? Tentu tidak.
Sebagai seorang peneliti, saya justru menjadi tertantang dengan kondisi ini. Bukan, saya bukan seorang peneliti yang mencari antivirus dari Corona. Saya adalah seorang peneliti di dunia filantropi. Sebelum adanya virus ini, saya bertugas ke berbagai macam daerah untuk meneliti.
Saya pernah pergi ke daerah bencana dan bertemu dengan para penyintas di Lombok dan Palu. Saya juga sering bertemu dengan penerima bantuan program pemberdayaan dan berbincang-bincang berbagai macam hal. Tak jarang pula, saya dikirim ke daerah-daerah untuk mengisi pelatihan terkait kajian yang dikeluarkan oleh lembaga tempat saya bekerja.
Tentu, banyak hal yang kini tidak bisa saya lakukan. Meski bepergian sudah dimungkinkan, tetapi lembaga tempat saya memilih jalan aman. Semua urusan dinas luar dialihkan menjadi pertemuan secara daring. Beberapa survei yang biasanya saya lakukan sendiri di lapangan, kini harus memaksimalkan surveyor lokal dengan pembekalan terlebih dahulu melalui media daring.
Di masa pandemi ini, saya merasa beban pekerjaan selama work from home berkali-kali lipat lebih berat. Tidak ada batasan yang jelas antara waktu bekerja dan istirahat, semua terasa bias. Agar saya tidak kalah dengan keadaan, saya pun menerapkan tiga hal ini:
- Menjalankan Protokol Kesehatan
Tidak sekedar menaati protokol kesehatan saat berada di luar rumah dengan menggunakan masker maupun mencuci tangan. Namun juga saya perlu menjaga kondisi tubuh dengan makanan sehat, dan aktivitas tubuh secara rutin. - Kreatif di Berbagai Kesempatan
Menyikapi beban kerja yang bertambah saya harus pintar-pintar mengatur jadwal. Ditambah model pekerjaan yang beragam yang menuntut saya untuk selalu kreatif menyelesaikan tantangan demi tantangan. - Menyiapkan Perangkat yang Mumpuni
Terakhir, namun tak kalah penting: perangkat yang memadai. Bagaimana mungkin saya bisa mengisi pelatihan secara daring, jika laptop saya mumpuni? Sudah pasti saya membutuhkan perangkat dengan kamera beresolusi tinggi. Ram yang besar juga diperlukan karena pasti saya akan membuka banyak file selama presentasi. Belum lagi jika saya harus memiliki berbagai macam aplikasi video daring yang akan memakan banyak memori laptop.
Pilihan Gadget untuk Era New Normal
Di saat pandemi seperti inilah,saya merasa bahwa laptop semakin menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan hidup. Rasanya saya butuh perangkat laptop yang berani, dengan spesifikasi tinggi, yang ketika saya bekerja laptop tersebut menjadi sebuah identitas diri yang tidak terpisahkan.
Beruntunglah, awal Mei lalu ASUS, produsen laptop kesukaan saya mengeluarkan sebuah produk baru: ASUS Vivobook S14 S433. Jimmy Lin, ASUS Regional Director Southeast Asia mengatakan bahwa
Didukung hardware terkini, VivoBook S14 S433 merupakan laptop paling trendy dengan performa terbaik di kelasnya.
Membaca berita tersebut, semakin meyakinkan saya bahwa ASUS S14 S433 ini benar-benar cocok dengan karakter saya sebagai seorang peneliti yang dituntut untuk dinamis.
Desain Kekinian yang Mendukung Portabilitas
Ada dua hal yang menjadi pertimbangan saya dalam memilih desain laptop: estetika dan fungsionalitas. Meski kini masih banyak melakukan kegiatan di rumah saja, akan tiba kembali waktu dimana kita kembali beraktivitas dengan normal. Memilih laptop yang kompak juga ringan sangat mendukung saat kita memiliki mobilitas tinggi.
Apalagi saya sering dikirim ke daerah untuk waktu yang singkat. Demi efisiensi waktu, saya lebih senang menggunakan ransel. Semua barang, mulai dari laptop, baju, dan peralatan lainnya pun tercampur menjadi satu. Punggung saya seringkali merasa lelah akibat beratnya laptop yang dibawa.
Oleh karena itu, ASUS VivoBook S14 S433 dengan tebal 15,9 mm dan bobot 1,4 kg akan menjadi teman yang tidak merepotkan. Apalagi, di masa sekarang ini perlengkapan yang dibawa juga akan semakin banyak karena alasan kesehatan. Laptop dengan bobot yang ringan dan tipis pastilah akan membuat saya tidak perlu membawa tas yang banyak.
Pertimbangan estetis juga tak kalah penting. Laptop dengan desain kece tentu bisa menjadi pendorong semangat kita dalam bekerja, bukan? ASUS Vivobook S14 S433 punya empat (4) pilihan warna : Indie Black, Gaia Green, Dreamy Silver dan Resolute Red. Pinggirannya didesain dengan diamond cut design yang menambah elegan tampilannya.
Desain logo yang segar dan peletakannya di bagian tepi cover depan membuat luasnya negative space yang muncul. Ruang ini bisa dikreasikan dengan berbagai label atau sticker sesuai selera. Saya bisa terlihat profesional dan tetap terasa personal dalam waktu bersamaan.
Performa yang Handal
Diantara sederet jadwal rapat online, saya juga perlu menyiapkan bahan presentasi. Sesekali saya perlu mengedit foto dan membuat infografis agar visualisasi data hasil penelitian semakin mudah dipahami. Aplikasi seperti Google Studio, Flourish, Canva, menjadi mutlak untuk digunakan. Selama ini, saya harus bersabar dengan kapasitas laptop saya yang belum mumpuni sehingga loading aplikasi cukup berat.
Namun, jika menggunakan laptop ini, semua hal tersebut bisa dijalankan secara prima berkat dukungan processor Intel Core 10th generation. Processor terkini ini membuatnya bertenaga juga hemat daya. Maka saya tetap bisa produktif lebih lama meski sedang di luar rumah atau bahkan saat harus pergi ke tempat terpencil yang susah listrik. Ram 8GB yang ditanam juga bisa membuat saya menjalankan aplikasi secara multitasking dengan lancar jaya.
Display yang Nyaman
Sesekali menyaksikan film kesukaan, atau membuka channel youtube kesayangan saat beristirahat terasa makin spesial berkat layar Full HD, IPS Panel dengan akurasi warna 100% SRGB. Dilengkapi teknologi Nanoedge Display yang membuat layar terasa lega dengan sudut pandang hingga 178 derajat. Tambahan anti glare akan membuat saya tetap nyaman jika suatu saat perlu beraktivitas di bawah terik matahari.
Kualitas Suara Asik
Selama pandemi ini, kegiatan saya penuh dengan mengajar secara daring. Sesekali saya juga harus belajar melalui webinar, atau presentasi paper di konferensi internasional. Jika saya memiliki laptop ASUS S14 S433 ini, tentu tidak akan ada kendala suara karena adanya sokongan speaker Harman Kardon.Tidak hanya itu saja, selain dapat memenuhi kebutuhan kerja saya, menikmati konser virtual dari rumah pun akan terasa jauh lebih menyenangkan.
Konektivitas yang Lengkap dan Mumpuni
Dalam urusan transfer data, saya tidak ragu berkat berbagai port yang ditanam di laptop ini. Pada sisi kanan terdapat card reader micro SD dan USB 2.0 , sedangkan di sisi kiri terdapat port DC, HDMI, USB 3.2 Gen.1 Type-A, USB 3.2 Gen.1 Type-C, dan Audio Combo 3.5 mm.
Untuk urusan nirkabel, ASUS S14 S433 ini juga dilengkapi Bluetooth 5.1 dan Wi-FI 6. Wi-Fi 6 merupakan teknologi terkini yang bisa menghadirkan kecepatan jaringan super cepat dengan kualitas lebih baik. Saya tidak khawatir terjadi delay maupun lag saat menjalankan rapat maupun presentasi penting.
Fitur Premium
Fingerprint sudah menjadi hal lumrah sebagai autentikasi di berbagai perangkat. Menjadikan akses masuk lebih cepat dan lebih aman. ASUS Vivobook S14 S433 juga dilengkapi sensor fingerprint yang terintegrasi dengan Windows Hello di Windows 10. Hal ini juga membuat data penelitian saya lebih terjamin keamanannya, karena tidak bisa sembarang orang mengaksesnya.
Selain fitur fingerprint, pada ASUS Vivobook S14 S433 juga terdapat fitur backlit keyboard yang memungkinkan saya mengetik meski kualitas pencahayaan sedang tidak begitu baik. Satu lagi yang membuat aktivitas bisa semakin mudah adalah didukung kemampuan fast charging, dimana bisa mnegisi 60 % daya dalam 49 menit. Saya tidak takut kehilangan momen akibat laptop tiba-tiba kehabisan energi.
ASUS premium warranty
Aktif menggunakan perangkat laptop, bukan tanpa risiko. Mungkin terjadi kecelakaan kecil yang menyebabkan kerusakan pada perangkat kita. Apalagi bagi saya yang sering sekali membawa laptop untuk bekerja ke luar kota. Tetapi perasaan khawatir saya seketika hilang ketika mengetahui ASUS sangat memberikan perhatian yang besar terhadap garansi yang diberikan. Selain garansi selama dua tahun, ASUS menanggung biaya perbaikan sebesar 80% akibat kerusakan yang disebabkan kesalahan pengguna. Makin merasa aman kan jadinya?
Dare To Be You bersama ASUS S14 S433
Lewat laptop keluaran terbarunya, ASUS memang menantang kita -atau saya- agar lebih berani menjadi diri sendiri. Kreativitas tanpa batas menjadi mutlak dilakukan, tidak berhenti hanya pada pekerjaan kreatif tetapi menembus semua lini yang ada. Pekerjaan-pekerjaan yang dulunya dianggap statis kini pun bertransformasi menjadi dinamis.
Tidak salah memang, jika akhirnya ASUS S14 S433 pun menjadi sebuah starter kit yang saya harapkan akan ada di dalam tas saya sehari-hari. Menemani saya melewati batas-batas teknologi sebagai seorang peneliti di dunia filantropi.
Tulisan ini diikutsertakan di Blog Competition Dare To Be You With Vivobook S14 S433