Yakin

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Kayaknya demam AADC  mulai muncul lagi semenjak adanya iklan Line yang kata-kata andalannya “jadi beda, satu bulan purnama di New York sama Jakarta?”. Ternyata iklan pendek itu (katanya) bisa membangkitkan emosi kenangan masyarakat Indonesia itu jadi pemicu adanya AADC muncul lagi, menyelesaikan apa yang belum terselesaikan.

Jadi gara-gara euforia sekitar, aku yang jarang banget nonton film di bioskop ini -bahkan dulu pernah ga mau sama sekali dan vakum bertahun-tahun ga nonton wkwkw mulai masuk bioskop lagi gara-gara 99 cahaya-, jadi pengen nonton juga. Cuma sayang, tanggalnya ga pas waktu itu. kalau ga salah pemutarannya beberapa hari sebelum aku berangkat ke luar depok dan karena bukan prioritas jadi ga diusahain banget. Malah aku lebih tertarik sama film Surat Cinta Kartini :)).

sebenarnya  penulis artikel ini belum pernah nonton AADC 1 sampe selesai. Film itu muncul kalau ga pas aku kelas 6 SD ya kelas 1 SMP. dan rasanya aneh aja waktu itu kok ada adegan kissingnya. Terlepas dari aku emang masih kecil waktu itu, tetap aja sampai sekarang juga aku asa aneh kalau liat film Indonesia yang ada kissingnya. Ga sesuai aja. Waktu itu aja nonton kayaknya pas diputar di TV deh dan cuma sekilas-sekilas aja (masih) ga ngerti bagusnya di mana.

Alhasil pas aku sampe Depok lagi, aku baru inget kalau AADC 2 udah tayang. Sebenarnya siy endingnya bisa ditebak yakinlah mereka akhirnya barengan. Tapi ya pengen liat aja kayak gimana endingnya, ketemuannya gimana, nikahnya gimana. Dan karena kayaknya aku males ke bioskop akhirnya aku nyari-nyarilah spoiler endingnya gimana. Plus nanya ke teman aku pas ketemu.

dan pas tau endingnya mereka jadian padahal Cinta udah ada tunangan, aku kecewa dan  aku  keingetan sama Sunset Bersama Rosie-nya Tere Liye.

iya.Sunset bersama Rosie itu novel yang banyak nilai banget menurut aku hanya saja sedikit rusak oleh epilognya. Plotnya kece badai, settingan lokasinya juga oke, dan seperti biasa Tere Liye selalu ngasih nilai-nilai yang oke banget. Buku itu sangat menekankan tentang berdamai dengan masa lalu. Tentang seorang laki-laki bernama Tegar yang menyukai Rosie, teman sepermainan, tetapi malah Rosie menikah dengan orang lain yang juga teman Tegar. Akhirnya Tegar memutuskan menjauh, pergi dari Gili Trawangan tempat tinggal mereka. Sampai suatu saat akibat Bom Bali Suami Rosie meninggal dan Tegar akhirnya kembali ke Gili Trawangan karena Rosie stress padahal ada anak-anak yang masih membutuhkan Rosie.

iya, novel ini benar-benar tentang berdamai dengan masa lalu. Karena Tegar sendiri sudah punya tunangan, Sekar, meski hati dia masih ada pada Rosie. Bayangkan dong bagaimana perasaan Tegar. dan ternyata sebenarnya Rosie juga suka sama Tegar dari awal. Hanya saja, kesempatan itu ga pernah diambil sama Tegar. Saat dulu.

SPOILER! Bagaimana ending ceritanya? pas hari pernikahan Sekar sama Tegar, Rosie dan anak-anaknya datang. dan akhirnya Tegar gakjadi nikah sama Sekar. Sekar melepaskan Tegar T_T. Happy ending untuk ukuran novel, tapi buat aku engga happy ending.

Beneran deh. acara rebut-rebutan tunangan orang itu bukan tipe cerita kesukaan aku. mau caranya dibikin se-romantis atau semengharukan apa juga tetap aja aku kok kurang sreg. Kecuali kalau memang itu pernikahan yang dipaksakan atau dari awal si tokoh tau kalau pasangannya ga sepenuhnya suka sama dia tapi dia maksa (baca: kuch2 hotahai #eh :p)

Kalau pacaran mah rebut rebut aja, ya salah sendiri pacaran :P. Tapi kalau tunangan, itu udah bawa nama keluarga besar. dua belah pihak keluarga. Efek dominonya bakal lebih dahsyat. Jangan karena emosi sesaat akhirnya ngelakuin hal yang merugikan banyak pihak. Iya sih ngomong lebih gampang >_<

Ini juga mengingatkan aku sama kisah teman aku yang tahun lalu nikah. Dia mau nikah sama pacarnya dari zaman kuliah tapi dia malah tiba-tiba ada affair sama orang lain. Sebenarnya dia udah minta restu sama ortu untuk nikah sama yang dateng belakangan ini, tapi sama orangtua ga direstui meskipun sebenarnya orangtuanya udah kenal banget sama orang ini. Dan akhirnya galaulah teman aku. walau segalau-galaunya dia, dia tetap bilang gini kurang lebih “mau nikah sama siapa aja yang penampilan (di hari H)” hehe –‘

Teman aku sempat curhat kalau dia udah istikhoroh dan malah yang muncul bukan pacarnya, tapi orang ini. aku cuma diam aja karena tau dia cuma butuh didengerin dan ga mau memperkeruh suasana. Toh, sebenarnya hasil istikhoroh ga mesti lewat mimpi. Apalagi kalau udah ada kecenderungan sebenarnya istikhoroh malah jadi negatif ga signifikan alpha di atas 10% #eh. dan bisa jadi, itu hanyalah gangguan dari setan. kata orang, kalau udah dikhitbah biasanya adaaa aja godaan. kata orang yaa soalnya penulis masih awam hehe.

alhamdulillaah akhirnya teman aku menikah sama orang yang emang udah duluan lamar dia. Walapun ada adegan kayak di film-film, pas nikah yang nganter ke tempat akadnya ya orang tersebut dan mereka sempat berdua di mobil. hanya saja, beberapa bulan setelah mereka menikah aku dapat kesempatan buat naik mobil bertiga sama mereka. Iya, aku udah biasa kok jadi nyamuk T_T. Aku sejujurnya ga pernah interaksi sama suami teman aku sebelumnya cuma sama-sama kenal aja udah. Tapi pas di mobil kesan aku sih baik-baik aja dan aku senang temang aku in syaa Allaah menikahi orang yang tepat, ga termakan emosi sesaat

dan kesenangan aku terklarifikasi ketika aku sama teman aku jalan berdua. Dia mensyukuri menikahi orang ini, bukan dengan orang yang sebelumnya ngebuat dia galau, karena memang Allaah menunjukkan kalau suami dia benar-benar pantas dan bisa menjadi imam yang baik untuk dia.

See?

Sebenarnya Maha Pembolak Balik Hati itu ya Allaah. Jadi jangan sampai emosi sesaat malah ngeruntuhin apa yang udah dibangun. Perlu dilihat lagi manfaat mudharatnya apa. Makanya, sesungguhnya tidak menyesal orang yang selalu istikharah kepada Sang Khaliq dan bermusyawarah kepada makhluk serta teguh dalam perkaranya kalau kata Ibnul Qayyim. bisa jadi yang kita lihat sekarang baik sesungguhnya buruk buat kita *ngomong ama diri sendiri*.

dan masih banyak kisah sejenis di sekitar aku. Tentang teteh-teteh di pondokan teman aku yang sebenarnya ga mau nikah sama orang tersebut tapi dia ga ada alasan nolak dan hingga hari pernikahan masih nangis-nangis dan qodarullaah setelah salaman pas akad dia malah langsung nempel dan habis itu nangis-nangis lagi gara-gara suaminya harus ke luar kota.

Atau tentang ustad tahsin aku yang istikhoroh akan menikah dengan tawaran pertama yang datang kepada beliau, dan qodarullaah tawaran pertama yang datang ke beliau adalah tawaran dari seorang ibu yang bernazar jika anaknya sembuh akan dinikahkan dengan ustad tersebut padahal anaknya masih kelas 6 SD, dan sang ibu pun sebenarnya merasa kalau tawarannya akan ditolak mengingat anaknya masih kecil tetapi malah sang ustad menerima karena sang ustad merasa itu jawaban istikhoroh beliau. Alhasil sang ustad menunggu kurang lebih 8 tahun hingga anak tersebut dewasa, dan selama 8 tahun itu tidak terhitung berapa tawaran masuk dan sang ustad hanya bilang “masbuk..”.

Atau terakhir, tentang teman aku yang saling suka dari SMP tapi keluarga mereka satu sama lain menolak, dan mereka pun juga tidak memaksakan kehendak satu sama lain. bahkan teman aku sudah menikah dengan orang lain dan meski akhirnya cerai karena alasan in syaa Allaah syari, jauh selepas masa iddah orang tersebut datang lagi, tapi teman aku tetap berusaha bersikap logis, karena selain ridho orang tua itu utama, sudah ada yang datang duluan melamar dia.

inti dari kisah-kisah di atas sebenarnya cuma satu : YAKIN. Yakin kalau Allaah ngasih yang terbaik untuk kita, selama kita usaha dengan cara-cara yang benar, dan tidak termakan emosi sesaat tanpa memikirkan secara logis. karena Ali bin Abu Thalib aja bilang,  “Saya meminta sesuatu kepada Allah. Jika Allah mengabulkannya maka saya gembira SEKALI saja. Namun, jika Allah tidak memberikannya kepada saya maka saya gembira SEPULUH kali lipat. Sebab, yang pertama  pilihan saya sedangkan yang kedua  pilihan Allah SWT”.

Depok, 12 Mei 2016

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *