Kemiskinan, Tugas Panjang Bangsa Kita
Memang, pengentasan kemiskinan masih menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia. Ketiadaan uang membuat fokus masyarakat hanya bertumpu pada bagaimana cara bertahan hidup hari ini. Hal tersebut menyebabkan anak-anak yang lahir di tengah kemiskinan diharapkan menjadi penyokong keluarga. Karena diharuskan bekerja, pendidikan pun menjadi terpinggirkan. Permasalahan yang terjadi akibat kemiskinan pun semakin berkembang, mulai dari tingkat kesehatan yang tidak layak karena tidak bisa memenuhi standar gizi, lowongan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki, hingga pada akhirnya jalan pintas pun terjadi, melakukan tindak kriminalitas.
Kemiskinan sebenarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu kemiskinan pedesaan dan kemiskinan perkotaan. Di antara dua kemiskinan tersebut, kemiskinan perkotaan dianggap lebih berbahaya dibandingkan dengan kemiskinan pedesaan. Sebab, bagi orang miskin yang tinggal di desa mereka masih mempunyai alam yang dapat digunakan untuk bertahan hidup.
Tetapi, bagaimana dengan orang miskin perkotaan? Mereka mengalami kebuntuan. Sumber daya alam di perkotaan tidak sebanyak di pedesaan, sudah berganti dengan bangunan-bangunan megah. Mereka tidak bisa ke hutan sekadar mencari pepohonan untuk dimakan buahnya, pun sungai yang ada sudah tercemar oleh sampah bukan ikan yang bisa dikonsumsi atau dijual.
Bagaimana Cara Mengatasi Kemiskinan?
Setidaknya ada dua jenis bantuan yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi kemiskinan. Pertama, memberikan bantuan yang bersifat konsumtif. Dalam hal ini, pemerintah menyediakan kebutuhan dasar masyarakat miskin. Hal ini sudah tercermin dari program-program yang dilakukan seperti Program Jaminan Kesehatan Nasional, Program Keluarga Harapan, Bantuan Sosial Beras Sejahtera, Bantuan Pangan Non Tunai dan sebagainya.
Kedua, adalah memberikan bantuan yang bersifat produktif. Sederhananya, jika bantuan yang bersifat konsumtif merupakan bantuan yang diperlukan untuk jangka pendek, maka bantuan produktif merupakan jenis bantuan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sehingga bisa keluar dari kemiskinan serta meraih kesejahteraan yang lebih tinggi. Dalam hal bantuan kedua, maka dibutuhkan sinergisitas dari berbagai macam elemen yang salah satunya merupakan koperasi.
Mengapa Koperasi?
Meski masih banyak masyarakat yang berada dalam kondisi kemiskinan, tetapi bukan berarti mereka adalah orang-orang yang tidak mau berusaha. Banyak dari mereka yang merupakan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tetapi mereka masih mengalami keterbatasan.
Contohnya saja, banyak pedagang kecil di sekitar kita yang sebenarnya masih memiliki potensi untuk berkembang namun terhalang oleh modal. Untuk mengandalkan modal dari keluarga ataupun tetangga bisa jadi merupakan hal yang mustahil karena mereka juga menghadapi permasalahan yang sama.
Ingin meminjam dari lembaga keuangan seperti bank? Hal itu juga tidak mungkin karena mereka dianggap tidak bankable, yang disebabkan karena tidak adanya jaminan, laporan keuangan usaha yang tidak ada, kepastian lingkungan bisnis yang meragukan dan sebagainya. Profil risiko yang terlalu tinggi membuat bank tidak bisa memberikan modal karena adanya prinsip kehati-hatian yang harus mereka jaga, konsekuensi dari tujuan bank yang berorientasi profit.
Di lain sisi, berbeda dengan bank, koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan mikro memang memiliki dua kaki: profit dan sosial. Sebagaimana yang telah kita ketahui, koperasi memiliki asas kekeluargaan. Semua pihak dianggap setara dan ingin mencapai tujuan tertentu yang telah disepakati. Menurut salah seorang proklamator sekaligus bapak koperasi Indonesia, Bung Hatta, koperasi memang harus dijadikan sokoguru perekonomian Indonesia karena beberapa hal seperti meningkatkan kemandirian, mendahulukan kepentingan bersama dan budaya asli Indonesia.
Kontribusi Koperasi Zaman Now terhadap Kesejahteraan Bangsa
Pernah mendengar Grameen Bank yang dipelopori oleh Muhammad Yunus dari Bangladesh? Meski menggunakan istilah bank, sejatinya praktek GrameenBank merupakan aplikasi dari lembaga keuangan mikro atau koperasi. Pada tahun 1983-1984, beliau langsung belajar mengenai sistem koperasi ke Indonesia, tepatnya dari Koperasi Setia Budi Wanita di Malang dan Koperasi Setia Bhakti Wanita di Surabaya.
Dan hasilnya? Pada tahun 2006, Muhammad Yunus lewat Grameen Bank berhasil mendapatkan nobel perdamaian. Usahanya membangun perekonomian dari bawah dianggap berhasil membuat rakyat miskin yang awalnya termarjinalkan menjadi sejahtera.
Di Indonesia sendiri, kontribusi koperasi terhadap Gross Domestic Product (GDP) pada tahun 2018 telah menyentuh angka 5,1%. Padahal, di tahun 2014 koperasi hanya mampu menyumbang 1,71% dari GDP. Kontribusi ini akan semakin meningkat jika peran koperasi terhadap UMKM semakin meningkat. Apalagi, adanya koperasi akan membuat akses permodalan menjadi lebih mudah, peningkatan kualitas bisnis anggota dengan membuat pelatihan yang bermanfaat seperti penulisan laporan keuangan, pemasaran, produksi dan sebagainya serta karena adanya prinsip kekeluargaan membuat para anggota menjadi lebih bersemangat untuk mencapai tujuan bersama. Beberapa contoh sukses dari koperasi dapat dilihat dari dua Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) berikut ini.
- KSPPS BMT Beringharjo di Yogyakarta
Budaya terjerat rentenir memang masih menjadi fenomena menyedihkan yang terjadi saat ini. Berangkat dari keinginan membebaskan masyakat dari rentenir, dibentuklah KSPPS BMT Beringharjo di Yogyakarta dengan target utama pedagang di pasar. Hal ini membuat masyarakat memiliki pilihan akses permodalan yang lain, tidak bergantung pada dari rentenir.
Hingga tahun 2017 lalu, anggota KSPPS BMT Beringharjo telah mencapai 47.000 orang. Pembiayaan yang diberikan juga bertambah pesat, dari Rp. 500 ribu hingga kini menjadi Rp. 500jt. Hal ini menunjukkan adanya perkembangan usaha yang dialami oleh pedangang. Cabang yang dimiliki pun sudah bertambah menjadi 18 cabang. Berkat prestasinya, tahun 2017 lalu KSPPS BMT Beringharjo mendapatkan penghargaan Bakti Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dari Menteri Koperasi dan UKM.
- KSPPS BMT Sidogiri di Pasuruan
Koperasi yang berbasiskan pesantren ini memiliki target aset sebesar 5T pada tahun 2018 lalu. Anggota yang dimiliki mencapai 17.000 dan anggota luar bisa mencapai 700.000 orang. Jumlah cabang dan kantor pelayanannya mencapai 280 titik, menyebar di seluruh wilayah Indonesia.
Awalnya, koperasi ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan internal pesantren. Lama kelamaan, dengan proses manajemen yang baik, koperasi akhirnya bisa membantu akses permodalan masyarakat sekitar. Tidak hanya itu saja, mereka juga turut membant masyakarat agar terlepas dari jeratan rentenir. Prestasi yang luar biasa membuat koperasi ini dianugerahi penghargaan The Best Islamic Micro Finance tahun 2013 dan 2014 dari Karim Consulting Indonesia.
Dua contoh di atas hanyalah sebagian kecil kontribusi koperasi terhadap kesejahteraan masyarakat. Masih banyak contoh kontribusi koperasi yang minim akan pemberitaan. Kedepannya, koperasi masih memilki potensi yang sangat besar dalam memajukan kesejahteraan Indonesia. Selain itu, juga terdapat tantangan-tantangan seperti penggunaan teknologi, menarik minat generasi milenial dan sebagainya yang harus dihadapi koperasi untuk semakin berkembang. Namun, jika semua stakeholder mau bersama-sama membangun koperasi, tentu tantangan-tantangan tersebut bukanlah masalah yang besar untuk dihadapi. Sepakat?
Depok, 3 November 2019
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog kategori umum di https://praja2019.multiintisarana.com/
Sumber bacaan:
1. Memberdayakan Keuangan Mikro Syariah Indonesia, Bank Indonesia, 2017
2.Peta Keuangan Mikro Syariah Indonesia, Bank Indonesia, 2018
3.https://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2019/06/26/kontribusi-koperasi-terhadap-pdb-capai-51
4.https://bmtberingharjo.com
5.https://www.tribunnews.com/regional/2018/02/19/bmt-sidogiri-targetkan-asset-rp-5-trilyun
6.https://bmtugtsidogiri.co.id/
Sumber gambar dari canva, pixabay, KSPPS BMT Beringharjo dan KSPPS BMT UGT Sidogiri